KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
yang Maha Esa, akhirnya makalah yang kami beri judul kebudayaan, ini telah kami
susun sedemikian rupa walaupun menyita waktu yang agak panjang, secara khusus
makalah yang berjudul Nundang Padi ini di format semudah mungkin untuk di
pelajari. Kami berharap semoga makalah yang berjudul Nundang Padi mempunyai
nilai tambah dalam kebudayaan kita.
Akhirnya tak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada guru pembimbing pengantar Antropologi yang telah
berkenan memberikan pelajaran kepada kami, semoga menjadi amalan yang di
berkati dan di terima oleh Allah SWT.
Dengan demikian kami dengan lapang
dada sangat mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi
peningkatan kualitas makalah kami yang berjudul Nundang Padi pada makalah
selanjutnya.
penyusun
Gambar 1.1. Ritual Nundang Padi
Sumber: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Bengkulu Selatan
Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki
sebuah ritual yang saat ini masih dijaga dengan baik oleh masyarakatnya, yakni
: ritual menundang padi dan benih yang dilakukan masyarakat di daerah Selali
Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan. Sebab pada zaman dahulu
Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi
Bengkulu, oleh karena itu sejak zaman dahulu masyarakat Bengkulu Selatan selalu
berusaha agar hasil panen padi mereka melimpah. Dan Sebelum melakukan proses
penanaman bibit, masyarakat Bengkulu Selatan selalu melaksanakan ritual
menundang padi dan benih. Konon ceritanya ritual ini dibawa oleh Raja
Pagaruyung yang berasal dari Tanah Minang dan pada ritual ini semua tarian
tradisional Bengkulu Selatan ditampilkan.
1.1 Riwayat Singkat Raja Pagaruyung
Konon kabarnya Raja Pagaruyung adalah keturunan Sultan
Hidayatullah
Iskandar Zulkarnaen yang merupakan anak dari Sultan
Hidayatullah.
Sultan Hidayatullah Iskandar Zulkarnaen adalah Sultan
yang menaruh kayu keramat, dan kemudian dibagi menjadi tiga bagian :
1. Sebagian diberikan kepada Sri
Sultan Maharaja Alip yang mempunyai Kerajaan di dalam Ruhum.
2. Sebagian diberikan kepada
Sri Sultan Maharaja Jepang yang turun ke negeri Cina.
3. Sebagian tinggal kepada Sri
Sultan Maharaja yang turun kepada Tanah Pagaruyung di dalam alam
Minangkabau.
Anak Cucu
yang tinggal di Minangkabu ada tiga orang yang dinobatkan sebagi Raja, yaitu:
1. Seorang Raja Adat di Pulau Emas
ditetapkan di Pagaruyung (Sumatera Barat) dengan gelar “Raja Mangkoto Alam”
2. Seorang Raja di Tanah Ruhum, di sebelah
kanan Pulau Emas dengan gelar “Raja Mengintar Alam”
3. Seorang Raja di Tanah Siam,
disebelah kiri Pulau Emas dengan Gelar “Raja Malinggang Alam”
Raja Mangkoto Alam merantau ke desa Selali Kecamatan
Pino Raya Bengkulu Selatan dan beristerikan orang Selali sampai sekarang
keturunannya masih banyak yang tinggal di desa Selali dan Sekitarnya, antara
lain : Bakri yang merupakan penerus tahta Raja Mangkoto Alam, Arpun yang
merupakan penerus tahtah Raja Limpar Alam, dan Wasilunmutminia yang merupakan penerus
tahta Raja Lindung Sari. Sedangkan daerah-daerah pengembaraan Raja Pagaruyung
semasa hidupnya adalah sebagai berikut:
Dari
Minangkabau beliau merantau ke Sungai Hitam, kemudian kembali lagi ke
Minangkabau selanjutnya ke sebelah Barat Jawa, ke Muko-muko, ke Rejang
Bangkahulu, ke Ulu Pino (Napalan), ke Talo (Teluk Merampuyan), ke negeri Rawa
Kikim (Semendo Barat), ke Banten, ke Ambon, ke Johor, ke Jawa, ke Bali, ke
Palembang, ke Pasmah, ke Semendo, ke Tanah Anak Gumai (Pino), ke Tanjung Raya
(Tungkal), ke Musi Empat Lawang, ke Teluk Indera Giri, ke Rawa Si Kelawi
(Lampung), ke Kuto Sembilan Laras (Palembang), ke Tanjung Sungai Ngeang
(Sumatra Barat), kemudian mengahadap raja Muda lalu ke tanah Aceh dan kembali
lagi ke Selali (Pino Raya) beristerikan orang Selali dan menetap di desa
tersebut.
a) Sejarah
Timbulnya Ritual Menundang Padi dan Benih
Menurut Alkisah sejarah terjadinya upacara Adat
Menundang Padi dan Benih berawal dari kisah Adam dan Hawa saat diturunkan ke
dunia akibat melanggar larangan Allah.
Ketika tiba
di alam dunia mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi tuntunan
jasmani, baru terasa oleh Adam dan Siti Hawa setelah tiba di alam dunia. Oleh
sebab itu Adam memohon kepada Allah. kemudian Allah menurunkan sebutir biji
padi yang besar dan harus didundang dalam laut Senggiringan di Seribu Pintu
Ngatus oleh Peruli (dewa) Sembilan.
Setelah
didundang (dibersihkan/dikembangkan) timbulah 5 (lima) biji padi kecil-kecil
yang oleh Peruli Sembilan diberi nama :
1.
Padi Saleah (aneh)
2.
Padi Saleah Kecil (harum baunya)
3.
Padi Serasai (padi kemang/bersih)
4.
Padi Cina (tidak kelihatan)
5.
Padi Pulut (ketan)
Dari kelima jenis padi inilah diperkirakan oleh Peruli
Sembilan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Adam dan Hawa beserta
keturunannya.
Oleh karena itu Puyang yang datang dari Minangkabau
merasakan bahwa padi adalah sangat penting dan tinggi nilainya dalam kehidupan
manusia. Untuk menghormati dan menghargai padi diperintahkan kepada segenap
anak cucunya untuk melakukan kegiatan menundang padi dan benih. Acara menundang
padi dilaksanakan selama 9 (sembilan) tahun sekali, kemudian dilanjutkan dengan
ritual adat “basuah benih” sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurung waktu sembilan
tahun, lalu dilanjutkan lagi dengan upacara menundang padi.
b) Peserta
Ritual Adat Menundang Padi dan Benih
1. Pelaksanaan menundang padi
sebanyak 8 (delapan orang), terdiri dari empat bujang dan 4 gadis.
2. Peserta lainnya terdiri dari anak cucu
Puyang Pagaruyung, Pemuka-pemuka Adat, Pemuka-pemuka Agama, Cendikiawan, dan
masyarakat lainnya.
1.2. Rangkaian Ritual Kegiatan
Sebelum proses ini dimulai, akan ditampilkan dengan
beberapa tarian yakni: tari Napah, dan tari Sekapur Sirih yang merupakan tari
penyambutan tamu penting. Kegiatan Nundang padi akan diawali dengan para
raja yang memimpin pada masa itu menduduki singgasana mereka dan dikawal oleh
pengawal para raja.
Gambar 1.2. Rumah adat tempat berlangsungnya proses
ritual Nundang Padi
Sumber: Dokumen penulis
Setelah raja duduk di singgasana,
maka akan dilanjutkan dengan arak-arakan oleh masyarakat sambil membawa jambar
dan benih padi untuk dibawa menuju ke balai masyarakat dan kemudian disatukan
dengan induk padi.
Sebagai pertanda dimulainya proses
ritual Nundang padi. Sebelum dinundang benih dan indung padi tersebut dibacakan
doa-doa mantra oleh sang raja tertua dan setelah itu benih beserta induk padi
dicampur.
Benih-benih padi yang telah dicampur
akan dihitung sebelum masuk ke tempat dundangan dan terus diayun oleh anak-anak
yang masih suci selama 3 hari 3 malam lamanya tanpa henti.
A.
Acara Inti Dalam Ritual Kegiatan Menundang Padi Dan Benih
Ø
Pembukaan (Hari pertama)
1. Menghitung padi yang akan
dimasukan ke dalam kas
2. Acara memasukan
padi ke dalam kas
3. Pemasangan Kelambu
4. Bujang dan gadis sebanyak 8
(delapan) orang mengolah padi dalam kelambu dengan cupak (takaran), selama tiga
malam dan setiap malam dihitung sebanyak 3 (tiga) kali, yakni : pada pukul
22:00 WIB, pada pukul 01:00 WIB dan pada pukul 03:00 WIB.
5. Pada saat bujang dan gadis sedang
mengolah/memilih padi, mereka diiringi dengan permainan atau kesenian adat,
yakni :
a. Pada malam pertama dihibur
dengan tari Sekapur Sirih, tari Gegerit, tari Napah, Tari Pedang, Tari Lampu.
b. Pada malam kedua dihibur dengan Seni
Dendang Mutus Tari. Seni dendang merupakan simbol persatuan dan kesatuan, serta
kegembiraan masyarakat.
c. Pada malam ketiga
atau malam terakhir dalam ritual nundang padi, akan diadakan acara besurah yang
dilakukan oleh raja untuk menceritakan asal mula ritual nundang padi yang
merupakan salah satu rangkaian dalam proses ritual nundang padi. Pada malam ini
juga dibacakan surat berzanji (sarafal anam).
Setelah proses Nundangan selesai,
benih dikeluarkan dari tempat penundangan (pencampuran) dan dihitung kembali
jumlah benih-benih tersebut. Saat dihitung ternyata jumlah benih-benih tersebut
bertambah berkali-kali lipat banyaknya.
Selanjutnya benih-benih tersebut dicampur dengan darah
kerbau yang dimaksudkan sebagai penyatuan pekerja keras dan kekuatan alam
sebagai sumber penghidupan masyarakat. Kemudian benih-benih tersebut dibagikan
kepada masyarakat dan siap untuk ditanam.
Gambar 1.3. Stample yang dipakai pihak kerajaan
Sumber: Dokumen Penulis
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kebudayaan
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan sebagai hal –
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia . budaya tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua aspek dalam kehidupan
masyarakat dapat di katakan sebagai wujud dari kebudayaan , misalnya gagasan
atau pikiran manusia , aktivitas manusia
, atau karya yang di hasilkan manusia .
Setiap daerah itu memiliki ciri khas budaya masing-masing,dimana
budaya itu adalah suatu cara hidup dan di miliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi . budaya yang berada di
indonesia terutama di daerah kita tersebut harus di jaga agar dapat memperkokoh
ketahanan budaya kita . selain itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan
keanekaragaman budaya yang ada di indonesia sebagai sumber kekuatan untuk
ketahanan budaya bangsa.
Maka dari itu kita sebagai generasi penerus jangan sampai budaya ini luntur dan hilang .
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Budaya, satu kata yang tidak dapat di pisahkan
dari sebuah negara terlebih untuk indonesia yang di kenal sebagai negara
multikultural. budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan
sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya tidak dapat di pisahkan dari kehidupan
masyarakat karena semua aspek dalam kehidupan masyarakat dapat di katakan
sebagai wujud dari kebudayaan , misalnya gagasan atau pikiran manusia,
aktivitas manusia, atau karya yang di hasilkan manusia . budaya juga merupakan
identitas bangsa yang harus di hormati dan di jaga dengan baik oleh para
penerus bangsa dan berkaitan dengan hal itu pula ada kalanya anda mengenal
budaya masing – masing agar budaya yang berada di sekitar kita tidak luntur dan
hilang.
B.
Tujuan
Pembuatan Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui apa itu Kebudayaan dan pentingnya kebudayaan itu sendiri bagi Daerah
masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar