SISTEM
SOSIAL BUDAYA INDONESIA
Matakuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia mendeskripsikan tentang
pengertian Sistem Sosial Budaya, pengertian pranata sosial, budaya dan
masyarakat Indonesia, karakter dan pendekatan sistem sosial budaya, karakter
masyarakat, pluralisme sebagai realitas objektif masyarakat Indonesia,
faktor-faktor penentu Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ditelaah pula teori-teori
teori-teori sistem sosial budaya, realitas hubungan sistem sosial budaya dengan
lingkungan, pengaruh adat istiadat dan kebudayaan terhadap struktur
sosial Indonesia.
Pada sisi lain, dalam kuliah Sistem sosial budaya sekaligus
menyoroti keragaman (kemajemukan) suku bangsa dan agama dalam masyarakat
Indonesia. Tentu kondisi plural tidak terlepas dari masalah perbedaan, pertentangan,
perselisihan dan konflik yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai negara
berkembang. Sistem sosial dan budaya demikian terwujud dalam struktur
masyarakat yang unik, di mana integrasi nasional justeru ditentukan oleh
interaksi dan kohesi antar keragaman sosial budaya. Meskipun tak sedikit pula
perkembangan pluralisme menimbulkan masalah yang mengancam integrasi nasional,
namum ada strategi interaksi dan komunikasi sosial budaya untuk memelihara,
merevitalisasi dan mengentaskan disintegritas. Ada pula kaitan kajian sosial
budaya dengan perkembangan struktur organisasi dan kepartaian di Indonesia,
yang nampak kian menembus makna demokratis tanpa batas.
Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi yang
semakin canggih, kebudayaan atau budaya Indonesia semakin tidak di perhatikan
keberadaanya, bahkan belakangan ini banyak sekali budaya Indonesia yang diklaim
oleh pihak lain, lantaran mereka tahu kalau pemiliknya kurang peduli. Padahal
Indonesia adalah Negara yang kaya, subur dan seharusnya juga makmur, termasuk
kemakmuran budaya dan etnis yang beranekaragam. Dari sudut pandang Sistem
Sosial dan Budaya di Indonesia, pada kenyataannya dalam kurun waktu yang
singkat telah banyak unsur-unsur budaya yang terlepas dari bingkainya, terjadi
pengikisan makna budaya di mana-mana dan telah terjadi
penyimpangan-penyimpangan dari kemurnian Sistem Sosial dan Budaya Indonesia.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, ternyata telah memperlancar arus masuknya
budaya asing yang tak terkendali. Dalam kondisi terbuka tanpa filter, tanpa
prinsip yang kuat, rendahnya sosialisasi, tanpa pemeliharaan nilai-nilai
budaya, dan rendahnya kepedulian terhadap pelestarian budaya nasional, maka
budaya bangsa ini akan tergilas dan punah. Bukan bangsa lain yang harus
dipersalahkan, akan tetapi bangsa sendiri yang tidak menjaga nilai-nilai luhur
kebudayaannya. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka bangsa Indonesia akan
kehilangan jatidirinya sebagai negara yang kaya raya akan budayanya. Oleh
karena itu, pentingnya mengikuti mata kuliah sistem sosial dan budaya Indonesia
ini agar generasi muda dapat mengenal, mengetahui dan memahami lebih dalam
tentang pentingnya melestarikan ciri khas budaya bangsa ini.
Setelah mengikuti matakuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia ini,
mahasiswa mampu mengenal dan mengidentifikasi berbagai masalah yang timbul di
dalam proses pembangunan di Indonesia. Paling tidak secara umum mengetahui dan
memahami bahwa Indonesia mempunyai paling banyak ragam budaya dengan penduduk
yang terdiri dari berbagai suku bangsa/etnis. Kekayaan budaya dan suku
bangsa merupakan salah satu kebanggaan Indonesia, oleh karena itu agar tak
luntur oleh infiltrasi budaya asing, maka anak bangsa ini amat perlu memahaminya
dengan mempelajari dan memahami sistem sosial budaya Indonesia.
Konsep Dasar dalam Sistem Sosial Budaya
Sistem sosial budaya
merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat.
Pemberian makna konsep sistem sosial budaya dianggap penting karena tidak hanya
untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem social budaya itu sendiri
tetapi memberikan eksplanasi deskripsinhya melalui kenyataan di dalam kehidupan
masyarakat.
Pengertian Konsep
Konsep merupakan ide,
gagasan, atau pemikiran-pemikiran yang mentah di
dasar ( pembawa arti ). Pada dasarnya konsep
masih berwujud abstrak atu hanya angan-angan saja.
Sistem Sosial Budaya
Sistem merupakan
pola-pola keteraturan; kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
saling berhubungan. Budaya sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri.
Komponen Utama dalam Kebudayaan
1. Kebudayaan Material
Mengacu pada semua ciptaan manusia yang konkret
2. Kebudayaan Nonmaterial
Ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi, konsep dalam sistem sosial
budaya dapat dideskripsikan sebagai suatu pemikiran dan ide yang berisikan
mengenai komponen-komponen pembentuk kebudayaan suatu masyarakat.
Pengertian Sistem Sosial Budaya
Pengertian system menurut Tatang M. Amirin
“Sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti
:
1. Suatu hubungan yang tersusun atas sebagian
bagian
2. Hubungan yang berlangsung diantara
satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur.
Sosial berarti segala
sesuatu yang beralian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyaakat dari
orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur,
organisasi, nila-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara
mencapainya.
Budaya berarti cara atau
sikap hidup manusia dalam hubungannya secara timbale balik dengan alam dan
lingkungan hidupnya yang didalamnya tercakup pula segala hasil dari cipta,
rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materiil maupun
yang psikologis, idiil, dan spiritual.
Kehidupan Masyarakat Sebagai Sistem Sosial dan
Budaya
Kehidupan masyarakat
dipandang sebagai suatu sistem atau sistem sosial, yaitu suatu keseluruhan
bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam
suatu kesatuan.
Alvin L. Bertrand, suatu sistem sosial terdapat :
a. Dua orang atau lebih
b. Terjadi interaksi antara mereka
c. Bertujuan
d. Memiliki struktur, harapan-harapan bersama
yang didomaninya.
Dalam sistem sosial pada
umumnya terdapat proses yang saling mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena
adanya saling keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
Margono Slamet, sistem sosial dipengaruhi oleh ekologi;
demografi; kebudayaan; kepribadian; waktu, sejarah, dan latar belakang.
Ciri utama sstem sosial
menerima unsur-unsur dari luar (terbuka). Namun juga menimbulkan terjalinnya
ikatan antarunsur-unsur dengan unsure lainnya (internal) dan saling pertukaran antara sistem sosial itu
sendiri dengan lingkungannya (eksternal).
Proses-proses dalam
sistem sosial :
a. Komunikasi
b. Memelihara tapal batas
c. Penjalinan sistem
d. Sosialisasi
e. Pengawasan sosial
f. Pelembagaan
g. Perubahan sosial
Kehidupan Masyarakat
Sebagai Sistem Budaya
Mempelajari ttg sistem bertindak → perilaku
Unsur perilaku → “gerak sosial”
4 syarat : - utk mencapai tujuan tertentu
- tjd pd situasi tertentu
- diatur kaidah tertentu
- didorong motivasi tertentu
Hakikat beberapa
subsistem tsb sbg pengaturan/cybernetic order → tiap
subsistem yg berada diatasnya mjd pengatur utk
subsistem dibawahnya.
Menurut Parsons, ke 4 subsistem bertindak sbg
kebutuhan fungsional yg disebut sbg imperative functional LIGA.
Gerak Sistem Sosial
Subsistem budaya : Latent patern maintenance
Subsistem sosial : Integration
Subsistem kepribadian : Goal attaintment
Subsistem organisasi perilaku : Adaptation
Latent Patern
Maintenence (L) atau fungsi mempertahankan pola. Subsistem
budaya memberi jawaban terhadap masalah dari
faktor-faktor falsafah hidup.
Integration (I) atau
fungsi integrasi mencakup faktor-faktor penting dalam
mencapai keadaan serasi antar sistem.
Goal atteinment (G) atau fungsi mencapai tujuan.
Faktor penentu :
a. Pengembangan sistem untuk menjunjung nilai
dan kaidah.
b. Pengorganisasian untuk mencapai tujuan
bersama.
Adaptation (A) atau
fungsi adaptasi. Mencakup pengarahan dan penyesuaian
kebutuhan pokok manusia dengan keadaan sekitar.
Unsur pokok subsistem
sosial budaya :
a. Kepercayaan
b. Perasaan dan pikiran
c. Tujuan
d. Kaidah
e. Kedudukan dan peranan
f. Pengawasan
g. Sanksi
h. Fasilitas
i. Kelestarian dan kelangsungan hidup
j. Keserasian kualitas kehidupan dengan
lingkungan
Unsur-unsur pokok dapat
dijumpai pada keluarga batih.
Ciri-ciri :
a. Adanya kepercayaan terbentuknya keluarga
batik dari kodrat alamiah
b.Perwujudan perasaan dan pikiran anggota
keluarga batih berupa menghargai,
bersaing.
c.Tujuan keluarga batih agar manusia dapat
bersosialisasi, mendapat jaminan ketentraman hidup.
d.Memiliki norma yang mengatur hubungan suami
dengan istri, orang tua dengan anak- anak mereka.
e.Memiliki kedudukan dan peranan masing- masing
f.Memiliki pengawasan tertentu dari orang tua
dan masyarakat
g. Adanya penerapan sanksi
h. Adanya sarana pengawasan dan sosialisasi
i. Adanya konsep kelestarian sebagai stabilitas
kehidupan manusia, kelangsungan hidup sebagai pencerminan dinamika
j. Adanya kuantitas sebagai pencerminan nilai
benda, kualitas pencerminan nilai sikap
Kebudayaan dan Masyarakat
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam
bahasa Indonesia.
Menurut Edward Burnett
Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dapat disimpulkan kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Bronislaw Malinowski
mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi
kekuatan (politik) Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga :
A.
Gagasan ( Wujud Ideal )
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
B . Aktifitas ( Tindakan
)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial.
C . Artefak ( Karya ) Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Komponen
Kebudayaan material
Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial
adalah ciptaanciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng,
cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
Sistem sosial budaya
Indonesia sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku manusia Indonesia
harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah Negara Pancasila ke dalam segala segi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Asas yang melandasi pola pikir, pola tindak,
fungsi, struktur, dan proses sistem sosial budaya Indonesia yang
diimplementasikan haruslah merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem social budaya harus
tetap berkepribadian Indonesia.
1. Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia
Pada dasarnya,
masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh
sebelum lahirnya (secara formal) masyarakat
Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda
antara lain merupakan bukti yang jelas.
Peristiwa ini merupakan suatu konsensus
nasional yang mampu membuat masyarakat Indonesia
terintegrasi di atas gagasan
Bineka Tunggal Ika.
Konsensus adalah
persetujuan atau kesepakatan yang bersifat umum tentang
nilai-nilai, aturan, dan norma dalam menentukan
sejumlah tujuan dan upaya mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan
tertentu dalam suatu sistem sosial.
Model konsensus atau
model integrasi yang menekankan akan unsur norma dan legitimasi memiliki landasan
tentang masyarakat, yaitu sbb:
a. Setiap masyarakat memiliki suatu struktur
yang abadi dan mapan
b. Setiap unsur dalam masyarakat memiliki
fungsinya masing-masing dalam
kelangsungan masyarakat tersebut sebagai suatu
sistem keseluruhan
c. Unsur dalam masyarakat itu terintegrasi dan
seimbang
d. Kelanjutan masyarakat itu berasaskan pada
kerja sama dan mufakat akan
nilai-nilai
e. Kehidupan social tergantung pada persatuan
dan kesatuan
Apabila menelaah
pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa Sumpah Pemuda
merupakan konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya
Indonesia yang didasarkan pada asas penting, yaitu sebagai berikut ini.
a. Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Kesempurnaan hanya dapat
dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui
semangat dan takwa, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh manusia, masyarakat,
bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan itu
adalah rahmat Tuhan Ynag Maha Esa.
b. Asas merdeka
Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga,masyarakat, dan bangsa
yang bebas itu mempunyai tanggung jawab dan kewajiban bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan
itu.
c. Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri
atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat daerah dan sebagainya
telah membentuk Negara Republik Indonesia yang
meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas
social budayanya.
d. Asas kedaulatan rakyat
Kehidupan pribadi atau
keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat
dalam rangka mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan
golongan/pribadi.
e. Asas adil dan makmur
Setiap pribadi/ keluarga
dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang layak dan adil sehingga
pekerjaan, pendidikan, profesi, kesehatan, pangan, pakaian, perumahan, dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi hak yang dipertanggungjawabkan
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Pola Pikir, Pola Tindak, dan Fungsi
Sistem Sosial Budaya
Indonesia
Masyarakat indonesia
adalah masyarakat majemuk, yang hidup tersebar diseluruh tanah air , yang
memiliki berbagai macam ragam budaya. Sehingga menimbulkan keanekaragaman
institusi dalam masyarakat.
Institusi adalah suatu
konsep sosiologi yang paling luas digunakan, walau
memiliki pengertian yang berlainan :
1. Digunakan untuk merujuk suatu badan, seperti
universitas dan perkumpulan
2. Organisasi yang khusus atau disebut pula
institusi total, seperti penjara atau
rumah sakit
3. Suatu pola tingkah laku yang telah menjadi
biasa atau suatu pola relasi sosial
yang memiliki tujuan sosial tertentu
Bronislaw menganggap
institusi sosial merupakan konsep utama untuk memahami masyarakat, yang setiap
institusi saling berkaitan dan masing-masing memiliki fungsinya.
Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa institusi itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam
kebudayaan yang terdiri atas tiga wujud, yaitu :
1. Wujud idiil
2. Wujud kelakuan
3. Wujud fisik dari kebudayaan
Koentjaraningrat
mengatakan, bahwa seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola tertentu
bisa diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia dalam bermasyarakat. Maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem
sosial budaya Indonesia merupakan institusi sosial, yaitu suatu sistem yang
menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkait, yang telah
disusun guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial.
Komponen-komponen dari pranata sosial
a. Pola Pikir Sistem Sosial Budaya
Indonesia
1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa
Kehidupan Beragama atau kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
harus dapat mewujudkan kepribadian bangsa
Indonesia yang percaya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
2) Negara Persatuan
Negara Republik
Indonesia adalah negara persatuan yang mendfasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan kehidupan negara harus
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
Maka, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila dan hakikatnya pembangunan
nasional itu adalah pembangunan seluruh manusia Indonesia dalam kehidupan
manusia yang serba cepat dan canggih.
3) Demokrasi Pancasila
Dalam negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan,
kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
harus mampu Sistem Norma Manusia Peralatan fisik memilih perwakilannya dan pemimpinnya
yang dapat bermusyawarah untuk mufakat dalam mengutamakan kepentingan umum
diatas kepentingan golongan dan perseorangan demi terselenggaranya
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Karena itu, sistem menejemen sosial
perlu ditegakkan, baik melalui peraturan perundang-undangan maupun moral
4) Keadilan Sosial bagi Semua Rakyat
Letak geografis
Indonesia, sumberdaya alam, dan penduduk Indonesia dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus
mempunyai politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan yang
berkeadilan bagi semua rakyat.
5) Budi Pekerti
Setiap pribadi atau
keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Berarti
bahwa kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercyaannya itu harus dijamin, dimana pendidikan
dan pengajaran menjadi hak warga negara yang membutuhkan suatu sistem
pendidikan nasional. Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang timbul sebagai
buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan
asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerahseluruh
Indonesia. Kebudayaan harus menuju kearah kemajuan serta tidak menolak
bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia.
b. Pola Tindak Sistem Sosial Budaya
Indonesia
1. Gotong Royong
Persatuan dan kesatuan
hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap
kebersamaan dan tenggang rasa, baik dalam duka
maupun suka,kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
2. Prasaja
Keadilan sosial bagi
seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang sederhana, hemat,
cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan.
3. Musyarawah untuk Mufakat
Mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan golongan atau perorangan dapat menemui perbedaan yang
tidak yang tidak diakhiri dengan perpecahan atau perpisahan, maupun
pertentangan.
4. Kesatria
Persatuan dan kesatuan,
maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa
keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengabdian,
dan perjuangan yang tidak mengenal
menyerah demi kehidupan bersama.
5. Dinamis
Kehidupan
pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan jaman,
sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan, maupun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia
1. Dalam Keluarga
Keluarga adalah lahan
pembibitan manusia seutuhnya. Keluarga adalah organisasi alami yang penuh kasih
sayang.
2. Dalam Masyarakat
Organisassi sosial
kemasyrakatan ini adalah lahan pengkaderan, sebagai keluarga buatan, gotong
royong buatan, yang penuh perbedaan kepentingan.
3. Dalam Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, penyelenggaraan negara dan
pemerintah harus mengutamakan kepentingan umum.
3. Struktur system social budaya Indonesia
Raymond firth mengemukakan
bahwa konsep struktur social merupakan
analytical tool, yang diwujudkan untuk membantu
pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial. Dasar yang
penting dalam struktur sosial ialah relasi-relasi sosial yang jelas penting
dalam menentukan tingkah laku manusia, yang apabila relasi sosial itu tidak dilakukan,
maka masyarakat itu tak terwujud lagi. Struktur sosial juga dapat ditinjau dari
segi status, peranan, nilai-nilai, norma, dan institusi sosial dlm suatu
relasi.
Nilai adalah pembentukan
mentaliatas yang dirumuskan dari tingkah laku
manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang
hakiki, baik, dan perlu dihargai. Dari pendapat Raymond firth dan max weber,
system nilai yang harus
diwujudkan atau diselenggarakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara ditemukan dalam proses pertumbuhan
pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi Negara.
Jadi, struktur system
sosial budaya indonesia dapat merujuk pada nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila yang terdiri
atas :
a. Tata nilai
Tata nilai ini meliputi:
a) Nilai agama
b) Nilai kebenaran
c) Nilai moral
d) Nilai vital
e) Nilai meterial
b. Tata sosial
NKRI adalah Negara
hukum, semua orang adalah sama di mata hukum. Tata
hukum di Indonesia adalah system pengayoman yang
mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
c. Tata laku
Dalam mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku harus berpedoman pada
norma- norma yang berlaku, yaitu : norma agama, norma
kesusilaan/kesopanan, norma adat istiadat, norma
hukum setempat, norma hukum Negara.
4. Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia
Masyarakat mempunyai
bentuk – bentuk struktural, yang dinamakan struktur sosial. Struktur sosial ini
bersifat statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut proses sosial dan
perubahan – perubahan sosial. Masyarakat yang mempunyai bentuk – bentuk
strukturalnya tentu mengalami pola – pola perilaku yang berbeda beda juga
tergantung dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut. Perubahan dan
perkembangan masyarakat yang mengarah pada suatu dinamika sosial bermula dari
masyarakat tersebut melakukan suatu komunikasi dengan masyarakat lain, mereka
membina hubungan baik itu berupa perorangan atau kelompok sosial. Tetapi
sebelum suatu hubungan dapat terjadi perlu adanya suatu proses berkaitan dengan
nilai – nilai sosial dan budaya dalam masyarakat.
Dengan suatu masyarakat
yang mengetahui nilai sosial dan budaya masyarakat lain maka hubungan dapat
terbentuk. Maka dapat diartikan bahwa proses sosial adalah sebagai pengaruh
timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Proses sistem sosial
budaya Indonesia mempunyai suatu dinamika tersendiri yang merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan dari proses pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila, yang pada hakikatnya pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Maka pada
dasarnya proses sistem sosial
budaya Indonesia selalu berkaitan dengan
pembangunan nasional di mana ia berlangsung beriringan dengan pebangunan
nasional, bahkan kadang bias mendahului pembangunan nasional agar masyarakat
dapat menerima pembaharuan
sebagai hasil pembangunan nasional.
Setelah menyiapkan
masyarakat agar mampu menerima pembangunan, maka kemudian menyiapakan agar
manusia dan masyarakat dapat berperan serta
dalam proses pembangunan nasional tersebut
dengan memiliki kualitas sebagai
berikut :
a) Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Berbudi pekerti luhur
c) Berkepribadian
d) Bekerja keras
e) Berdisiplin
f) Tangguh
g) Bertanggung jawab
h) Mandiri
i) Cerdas dan terampil
j) Sehat jasmani dan rohani
k) Cinta tanah air
l) Memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan
sosial
m) Percaya pada diri sendiri dan memiliki harga
diri
n) Inovatif dan kreatif
o) Produktif dan berorientasi ke masa depan, karena
pembangunan nasional yang selalu beriringan dengan proses sistem social budaya
Indonesia maka jika manusia atau masyarakat ikut serta dalam pembangunan nasional
mereka juga ikut berperan serta dalam proses sistem sosial budaya Indonesia sehingga
komunikasi akan terjadi di antara mereka yang kemudian suatu hubungan dapat
terjalin. Hal ini dapat menyababkan dinamika sosial terjadi yang akan menuju pada
perubahan dan perkembangan pada masyarakat tersebut yang ke arah lebih baik.
5. TRANSFORMASI SISTEM SOSIAL BUDAYA
INDONESIA
Pembangunan nasional
merupakan suatu upaya melakukan transformasi atau
perubahan dalam masyarakat, yaitu transformasi
dari budaya masyarakat agraris
tradisional menuju budaya masyarakat industri
modern dan masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia. Namun
sistem feodalisme yang masih bercokol dalam kehidupan masyarakat Indonesia membawa
dampak negatif yakni berupa kelemahan mentalitas. Kelemahan mentalitas ini
dapat menghambat pembangunan nasional.
Menurut Koentjaraningrat
terdapat 2 jenis mentalitas dalam masyarakat Indonesia,
yaitu:
a. Mentalitas yang cocok dengan jiwa pembangunan
1. Tidak berspekulasi tentang hakikat kehidupan
, karya, dan hasil karya manusia,
tetapi manusia itu bekerja keras untuk dapat
makan.
2. Menghargai waktu, artinya selalu
memperhitungkan tahapan-tahapan aktivitas
dalam lingkaran waktu.
3. Tidak merasa tunduk pada alam, sebaliknya
juga tidak merasa mampu
menguasainya. Hidup harus selaras dengan alam
sekelilingnya.
4. Memiliki rasa kahidupan bersama.
Pada hakikatnya manusia tidak berdiri sendiri
melainkan selalu membutuhkan
bantuan dari sesamanya. Hanya saja sisi
negatifnya adalah jangan dengan sengaja
berusaha menonjolkan diri di atas orang lain.
b. Mentalitas yang tidak cocok dengan jiwa
pembangunan
1. Tidak bersumber kepada suatu nilai yang
berorientasi terhadap hasil karya
manusia itu sendiri, tetapi hanya terhadap amal
dari karya (ibarat orang sekolah,
tidak mengejar pengetahuan dan ketrampilan,
melainkan mengejar ijazahnya saja).
2. Masih terdapat rasa sentimen yang agak
berlebihan terhadap benda-benda pusaka
nenek moyang, mitologi dan banyak hal mengenai
masa lampau. Hal ini bukannya
melemahkan mentalitas, hanya saja suatu
orientasi yang terlampau banyak terarah
ke zaman dulu akan melemahkan kemampuan
seseorang untuk melihat masa
depan.
3. Berspekulasi tentang masalah hubungan
antarmanusia dengan alam, serta terlalu
menggantungkan diri pada nasib. Dalam menghadapi
kesulitan hidup cenderung
berlari ke alam kebatinan (klenik).
4. Mentalitas yang orientasinya mengarah pada
orang yang berpangkat tinggi, senior,
dan orang-orang tua, sehingga hasrat untuk
berdiri sendiri dan berusaha sendiri
masih lemah. Seperti rendahnya disiplin pribadi
yang murni, orang cenderung taat
jika ada pengawasan dari atas. Juga mentalitas
yang selalu menunggu restu dari
atasan.
5. Sifat - sifat kelemahan yang bersumber pada
kehidupan keragu-raguan dan hidup
tanpa orientasi yang tegas, antara lain:
1) Sifat mentalitas yang meremehkan mutu
2) Sifat mentalitas yang suka mengambil jalan
pintas
3) Sifat kurang percaya diri
4) Sifat tidak berdisiplin murni
5) Sifat mentalitas yang suka mengabaikan
tanggung jawab yang kokoh agar perubahan tata laku, tata sosial dan tata nilai
dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tetap mendukung
keberhasilan pembangunan nasional, perlu diciptakan pranata-pranata sosial yang
dapat mendukung proses transformasi system sosial budaya Indonesia.
a) Mewajibkan sebagai syarat suatu nilai budaya
yang berorientasi ke masa depan.
b) Sifat hemat dan hasrat untuk bereksplorasi
dan berinovasi.
c) Pandangan hidup yang menilai tinggi hasil
karya.
d) Sikap lebih percaya kepada kemempuan sendiri.
e) Berdisiplin murni dan berani bertanggung
jawab sendiri.
f) Menghilangkan rasa, kepekaan terhadap mutu
dan mentalitas mencari jalan pintas.
g) Mengatasi penyakit-penyakit sosial budaya
yang parah, seperti krisis otoritas,
krisis ekonomi yang berkepanjangan, kemacetan
administrasi, dan korupsi secara menyeluruh yang sekarang masih mengganas dalam
masyarakat.
Cara merubah mentalitas yang lemah, antara lain
:
a) Memberi contoh yang baik.
Asumsinya ialah karena banyak orang Indonesia
mempunyai mentalitas
beorientasi kea rah pembesar-pembesar, maka asal
saja orang-orang pembesar
itu member contoh yang benar dari atas, itu
dapat dikembangkan, misalnya sifat
hemat dll.
b) Memberi perangsang yang cocok sebagai
motivasi
Motivasi dapat untuk
menggerakkan orang untuk bersikap. Contoh, yaitu
perangsang yang bisa mendorong orang menjadi
lebih berhasrat untuk menabung uangnya di bank adalah tentu tidak hanya bunganya
yang menarik misalnya, namun perlu ada perangsang lain, yaitu pelayanan yang
baik.
c) Melaksanakan persuasi dan penerangan
merupakan jalan lain yang sebenarnya
harus di intensifkan oleh para ahali penerangan
dan ahli media masa, karena
meraka mempunyai imajinasia yang besar.
d) Menanamkan suatu mentalitas pembangunan yang
baru. Hal itu tentunya hanya mungkin pada generasi yang baru,yaitu anak-anak
yang harus diasuh dan dibina dengan kesadaran yang tinggi agar 15 tahun lagi mereka
akan menjadi manusia Indonesia baru yang bangga akan usaha dan kemampuannya
sendiri, mempunyai hasil karya yang tinggi, mempunyai rasa disiplin, berani
bertanggung jawab sendiri dan mempunyai perasaan yang peka terhadap mutu.
PENGERTIAN INTEGRASI NASIONAL
Menurut KBBI, Istilah integrasi
nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional.Istilah integrasi
mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh / bulat.
Istilah nasional
mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri,
meliputi suatu bangsa seperti cita-cita
nasional, tarian nasional, perusahaan nasional hal-hal yang menyangkut bangsa
dapat berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama, budaya,
wilayah/daerah dan sebagainya. Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah di atas
maka integritas nasional mempunyai pengertian: suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai
aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas
nasional atau bangsa yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan,
keserasian dan kesimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.
Menurut Menurut Claude
Ake, integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua masalah pokok Yaitu :
Bagaimana membuat rakyat
tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan
negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat
terhadap hak-hak yang dimiliki negara.
Bagaimana meningkatkan
konsensus normatif yang mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat,
consensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki
bangsa secara keseluruhan.
STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA
Struktur masyarakat
Indonesia yang bersifat majemuk memang menemui
persoalan integrasi. Masyarakat negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia
pada dasarnya belum merupakan suatu kesatuan
sehingga Integrasi umumnya menjadi permasalahan yang lebih utama dibandingkan
dengan masalah pembangunan ekonomi.
Hal ini ditunjukkan
dengan banyak terjadinya konflik dimana – mana. Keadaan seperti ini
menggambarkan bahwa unsur – unsur yang ada di Indonesia belum berfungsi secara satu
kesatuan. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bagaimana membuat unsur-unsur
yang ada di Indonesia menjadi suatu sistem yaitu adanya jalinan kesatuan antara
satu unsur dengan unsur yang lain, atau bagaimana membuat Bangsa Indonesia dapat
terintegrasi secara nasional. Untuk menjelaskan Integrasi nasional lebih
lanjut, memulainya dengan mengingat kembali pendapat dari Van Den Berghe yang
menjelaskan mengenai karakteristik yang menjadi sifat dasar dari sebuah
masyarakat majemuk, yaitu sebagai berikut:
1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk
kelompok –kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan atau lebih tepatnya,
sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi
dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
3. Kurang mengembangkan consensus diantara para
anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar
4. Secara relatif sering kali terjadi konflik
diantara kelompok lain
5. Secara relatif, integrasi nasional tumbuh di
atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok
atas kelompok-kelompok
yang lain.
Menurut pemaparan Van
Den Berghe tersebut, ia menyatakan bahwa masyarakat majemuk tidak dapat
digolongkan begitu saja ke dalam salah satu dari dua jenis masyarakat menurut
model analisis Emile Durkheim, yaitu sebagai berikut:
1. Suatu masyarakat majemuk tidak disamakan
dengan masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan yang bersifat segmenter,
yaitu suatu masyarakat yang terbagi ke dalam berbagai kelompok yang biasanya merupakan
kelompok-kelompok berdasarkan garis keturunan tunggal, tetapi memiliki struktur
kelembagaan yang bersifat homogeneous.
2. Suatu masyarakat majemuk merupakan suatu
masyarakat dengan tingkat diferensial yang tinggi dengan banyak lembaga-lembaga
kemasyarakatan, tetapi bersifat komplementer dan salingt bergantung satu sama
lain
Dengan demikian, ketika
menggunakan terminologi dari Emile Durkheim, Van Den Berghe menyatakan bahwa
solidaritas mekanik yang diikat oleh kenyataan maupun solidaritas organis yang
diikat oleh saling ketergantungan diantara bagian-bagian dari suatu sistem
sosial tidak mudah ditumbuhkan di dalam masyarakat yang bersifat majemuk.
LANDASAN INTEGRASI NASIONAL
Menurut kaum
fungsionalisme, suatu sistem sosial senantiasa terintegrasi diatas landasan 2
hal, hal ini juga mendasari terjadinya suatu integrasi nasional di dalam masyarakat
majemuk, yaitu:
1. Suatu Masyarakat senantiasa terintegrasi di
atas tumbuhnya consensus diantara sebagian besar anggota masyarakat akan
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental.
2. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi juga
oleh karena berbagai anggota masyarakat sekaligus juga anggota dari berbagai
kesatuan sosial. Sedangkan menurut Penganut konflik, mereka berpendapat bahwa
masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan
di antara berbagai kelompok.
Melihat begitu banyaknya konflik yang terjadi
akibat perbedaan Suku, Agama,
dan Ras, maka menimbulkan pertanyaan bagaimana
integrasi nasional yang hidup di Indonesia dan kekuatan apa yang menyebabkan
integrasi nasional. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mengikuti pandangan
para penganut fungsionalisme structural mereka berpendapat bahwa faktor yang
mengintegrasikan masyarakat Indonesia adalah berupa kesepakatan warga
masyarakat akan nilai-nilai umum tertentu.
Menurut Parsons,
kelangsungan hidup masyarakat tidak saja menuntut tumbuhnya nilai-nilai umum
tertentu yang disepakati bersama oleh sebagian besar orang-orang Indonesia, tetapi
juga soialisasi dari nilai-nilai umum itu sendiri. Contoh konsensus nasional
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia adalah pengakuan bertumpah darah satu,
berkebangsaan satu, dan berbahasa satu, Indonesia. Konsensus ini memiliki
kekuatan yang luar biasa untuk mengintegrasikan masyarakat Indonesia sampai
saat ini. Ini merupakan komitmen nasional yang tidak perlu diragukan lagi.
Proses Integrasi
berjalan melalui beberapa fase, antara lain :
1. Fase Akomodasi Proses meredakan
pertentangan/konflik dengan adanya usaha penyesuaian anggota masyarakat guna
mencapai kestabilan.
Terdapat beberapa bentuk akomodasi :
a. Coercion
Salah satu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan adanya paksaan. Selain ada paksaan
suatu masyarakat dapat terintegrasi karena adanya saling ketergantungan
diantara berbagai kelompok/satuan social tersebut dibidang tertentu, seperti
ekonomi.
b. Compromise
Salah satu bentuk
akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang terjadi
c. Toleration
Salah satu bentuk
akomodasi yang terkadang muncul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan,
namun menjadi karakter seseorang/kelompok untuk sedapat mungkin menghindarkan
diri dari perselisihan.
d. Konsiliasi
Bentuk akomodasi yang
terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan berlangsungnya
diskusi dan pengambilan keputusan diantara pihak-pihak yang bertikai dalam
suatu persoalan yang dipertentangkan. Pada umumnya, terjadi dalam kehidupan
politik. Lembaga politik yang berupa badan-badan yang bersifat parlementer
menampung berbagai kepentingan kelompok yang saling bertemu satu dengan yang
lainnya untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan yang terjadi diantara mereka
dengan cara damai.
e. Mediasi
Dilakukan apabila kedua
belah pihak yang bertikai menyepakati adanya
pihak ketiga sebagai mediator untuk memberi
nasihat mengenai bagaimana sebaiknya mereka menyelesaikan pertentangan.
f. Arbitrasi/Perwasitan
Dilakukan apabila kedua
belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk menerima atau dengan terpaksa
menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka.
g. Stalemate
Salah satu bentuk
akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan menghentikan pertentangannya
pada suatu titik tertentu disebabkan kedua belah pihak memiliki kekuatan yang
seimbang, sehingga keduanya sudah tidak memiliki kemungkinan bagi untuk maju
atau mundur
h. Ajudication
Salah satu bentuk
akomodasi dimana penyelesaian perkara diserahkan
pada hokum atau pengadilan
2. Fase Kerja Sama
Fase kedua setelah
terjadinya akomodasi adalah fase kerja sama dimana kerja sama merupakan suatu
bentuk interaksi social yang pokok dan menjadi proses utama suatu integrasi. Dalam
bukunya yang berjudul “Sosiologi Suatu Pengantar” Soerjono Soekanto menjelaskan
ada 5 bentuk kerja sama, yaitu :
a) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan
tolong menolong
b) Bergaining (pelaksanaan perjanjian mengenai
pertukaran barang atau jasa antara 2 organisasi atau lebih
c) Kooptasi (proses penerimaan unsure-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan
d) Koalisi (Kombinasi antara 2 organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama)
e) Joint Venture (kerja sama dalam pengusahaan
proyek-proyek tertentu atau usaha patungan)
3. Fase Koordinasi
Merupakan tahap ke-3 ini
diperlukan untuk menyempurnakan bentuk kerja
sama yang telah terjalin
4. Fase Asimilasi
Proses yang ditandai
adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat
diantara beberapa orang atau kelompok serta
usaha menyamakan sikap, mental,
dan tindakan demi tercapai tujuan bersama. Suatu
asimilasi akan mudah terjadi apabila didorong oleh beberapa factor
sebagai berikut :
·
Adanya toleransi
diantara kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri melalui proses
akomodasi
·
Adanya kesempatan yang
sama dalam bidang tertentu. Contoh :
Ekonomi (pemenuhan
kebutuhan barang dan jasa) pada tiap-tiap individu dan kelompok.
·
Adanya sikap saling
mengahrgai terhadap kebudayaan yang dimilki oleh
masyarakat lain
·
Adanya sikap terbuka
dari golongan yang berkuasa di masyarakat
·
Adanya pengetahuan
tentang persamaan unsure kebudayaan yang berlainan sehingga mendekatkan
masyarakat pendukung kebudayaan yang satu dengan yang lainnnya.
HAMBATAN INTEGRASI NASIONAL
Proses integrasi
nasional pada masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk
memiliki permasalahan yang cukup berat. Ada
banyak hal yang nampak menghambat proses pengintegrasian masyarakat Indonesia,
antara lain seperti yang dijelaskan oleh Alfian secara rinci, yaitu:
Soal pertentangan ideologi
Soal multipartai
Soal perbedaan suku dan aliran
Soal kesenjangan sosial ekonomi
Soal hubungan pusat dan daerah
Soal minoritas dan mayoritas
Soal pribumi dan non pribumi
Soal pertikaian politik
Soal hubungan kaum elite dan rakyat jelata, dll
R. William Liddle
melihat permasalahan yang mnghambat integrasi nasional di dalam suatu
masyarakat majemuk mencakup dalam dua dimensi, yaitu:
1. Dimensi Horizontal
Yaitu berupa masalah
oleh karena adanya perbedaan suku, ras, agama, dll. Dimensi ini sering disebut
juga sebagai masalah yang disebabkan oleh pengaruh ikatan-ikatan primordial
yang ada dan hidup dalam suatu masyarakat yang bisa membahayakan kelangsungan
proses integrasi nasional apabila perasaan loyalitas masyarakat lebih tinggi
terhadap kelompoknya dibandingkan loyalitasnya kepada kesatuan bangsa.
2. Dimensi Vertikal
Yaitu berupa masalah
yang muncul karena ada dan berkembangnya suatu jurang pemisah antara golongan
elite nasional yang jumlahnya sangat kecil dengan rakyat biasa yang jumlahnya
jauh lebih banyak.
KONSEP SOLUSI INTEGRASI NASIONAL
Meskipun memiliki
berbagai hambatan dan masalah dalam proses integrasi
nasional, R.William Liddle menampilkan suatu
konsep untuk mengatasi hal tersebut. Integrasi yang tangguh dan bisa berkembang
adalah integrasi yang sebagai berikut, yaitu:
1. Sebagian besar anggota masyarakat bangsa
sepakat tentang batas-batas teritorial dari negara sebagai suatu kehidupan
politik di negara tempat mereka tinggal. Hal ini merupakan kesadaran dari sejumlah
orang bahwa mereka hidup bersama-sama sebagai warga dari suatu negara, suatu
kesadaran nasional yang membedakan apakah seseorang termasuk sebagai warga
suatu negara atau bukan.
2. Apabia sebagian besar warga masyarakat
bersepakat mengenai struktur dan peraturan yang ada dalam masyarakat dari pada
proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat di wilayah Negara tersebut.
Hal ini merupakan kesepakatan nasional mengenai bagaimana mewujudkan kehidupan
bersama sebagai bangsa.
Menurut Howard Wriggins,
suatu integrasi nasional yang tangguh dapat berkembang dengan mengajukan 5
cara, kelima cara itu adalah sebagai berikut:
1. Penciptaan musuh dari luar Ancaman dari pihak
luar merupakan cara yang paling ampuh untuk menyatukan kekuatan mmasyarakat
didalam suatu negara. Hal ini mampu mendorong terbentuknya suatu integrasi
nasional. Adanya tantangan ini dapat menumbuhkan rasa persahabatan dan kebersamaan
untuk sama-sama menghadapi dan melawan pihak yang dianggap sebagai musuh.
2. Gaya politik para pemimpin
Gaya atau perilaku
politik para pemimpin dapat membantu menciptakan atau bahkan menghancurkan
integrasi nasional. Ada pemimpin yang berusaha menangani keanekaragaman dengan berperilaku
menghormati tradisi lama dan mengkombinasikannya dengan pandangan masa depan.
Tetapi ada juga gaya pemimpin yang mempertajam kekhawatiran dari
kelompok-kelompok minoritas sehingga menimbulkan situasi yang tidak menunjang terwujudnya
integrasi nasional.
3. Ciri lembaga politik
Birokrasi memgang
peranan penentu dakam usaha mencapai integrasi nasional. Birokrasi nasional
selalu berusaha untuk sejauh mungkinmeluaskan jaringan praktik dan administrasi
yang seragam. Birokrasi nasional juga membuka kesempatan kerja bagi orang-orang
muda diseluruh nusantara. Kenaikan pangkat dilakukan menurut jasanya, jadi
bukan karena asal daerah, agama, atau kriteria
pewarisan lainnya. Dengan demikian, mereka
memandang bahwa tugasnya itu terpisah dari tradisi sehingga merupakan penyempurnaan
untuk menyatukan bangsa.
4. Ideologi nasional
Ideologi adalah aspek
kenyataan politik dan sosial yang dapat mendorong integrasi nasional. Ideologi
merupakan serangkaian ide yang saling berhubungan untuk menetapkan tujuan
masyarakat dan memberikan beberapa petunjuk bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
Ideologi harus bisa diterima oleh warga masyarakat pada umumnya, hal ini untuk
mempengaruhi dan menyentuh pikiran dan hati masyarakat luas.
5. Kesempatan dan perluasan ekonomi
Kesempatan juga
dimungkinkan untuk memberikan kontribusi mendorong terjadinya integrasi
nasional. Adanya perluasan ekonomi juga dapat memperluas kesempatan dan
memasukkan orang-orang ke dalam kesatuan bangsa yang lebih luas.
Koentjaraningrat juga
menampilkan konsep yang menyangkut aspek-aspek
yang berkaitan dengan antar berbagai bagian
masyarakat. Koentjaraningrat mengatakan bahwa aspek-aspek ini harus
diperhatikan dalam analisis hubungan antara suku bangsa, aspek yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Sumber-sumber konflik
Konflik merupakan hal
yang paling menghambat proses integrasi nasional. Untuk itu perlu diperhatikan
hal-hal yang berpotensi menjadi penyebab suatu konflik. Hal ini diperlukan guna
meminimalisir terjadinya konflik di tengah masyarakat.
2. Potensi untuk toleransi
Sikap toleransi atau
menghargai keberadaan suku budaya lain merupakan suatu sikap yang dapat
mendorong tumbuhnya suatu itegrasi nasional. Dengan sikap menghargai dan
menerima setiap perbedaan yang ada mampu menciptakn iklim yang harmonis di tengah
masyarakat. Dengan adanya iklim yang harmonis ini dirasakan bisa mendorong
terjadinya kesatuan di tengah masyarakat.
3. Sikap dan pandangan antar suku bangsa dan
golongan
Menggilankan pandangan
curiga dan prasangka buruk terhadap bangsa lain dapat meminimalkan konflik.
Memandang setiap perbedaan adat dan budaya sebagai suatu anugrah dan keindahan yang
Tuhan rahmatkan bagi umat manusia. Dengan begitu tidak ada lagi sikap-sikap
yang menganggap diri lebih baik dan menganggap orang lain adalah buruk, karena
pada dasarnya adalah semua baik,
semua benar, dan semua indah.
4. Tingkat masyarakat dimana hubungan dan
pergaulan suku bangsa dapat Berlangsung Adanya interaksi yang baik antar suku
dan golongan dapat menciptakan kerukunan yang dapat menimbulkan terjadinya persatuan
dan kesatuan. Perlu diadakan dialog lintas budaya agar banyak orang dapat
mengenal dan mempelajari setiap adat budaya yang berbeda. Sehingga dengan
begitu rasa saling menghormati dan saling memiliki bisa dirasakan oleh semua
orang.
LEMBAGA-LEMBAGA PEMERSATU
Adapun lembaga-lembaga yang dapat menjadi
pemersatu, diantaranya yaitu:
1. Birokrasi militer dan sipil
Lembaga yang paling
dominan dan paling penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan militer
(TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas
alat-alat kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk
mempertahankan dan bahkan untuk membangun dan menjaga keutuhan bangsa dan
negara. Hal ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan
separatis maupun kedaerahan. Contohnya adalah masalah GAM di Aceh dan Papua
Merdeka di Papua. Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup
birokrasi sipil yang mempunyai tugas utama menarik pajak dan menyediakan bahan
Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak sebagai bentuk yang paling tradisional
dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia dengan cukup untuk mencegah
terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots, yang dalam sejarah
dapat di contohkan Indonesia pernah mengalami food riots yang menyebabkan
runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun
1997. Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami
kemajuan baik dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan
jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI
maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi semua etnik group
yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
2. Partai politik
Lembaga partai politik
di Indonesia merupakan perwujudan dari ideologi nasionalisme yang paling
berhasil. Ideologi nasionalisme yang dibawakan oleh Partai Politik di Indonesia
cukup berhasil, partai politik yang berideologi nasionalisme dapat menjembatani
perbedaan etnik yang tajam, ini dapat dibuktikan oleh sejarah bahwa partai
politik yang berazaskan etnik boleh dikatakan kurang berhasil bahkan gagal
total. sebagai contoh pada Pemilu 1999 Partai Tionghoa Indonesia gagal
dibandingkan partai Bhineka Tunggal Ika yang keduanya berorientasi etnik
Tionghoa, dimana partai Bhineka Tunggal Ika yang majemuk berhasil memperoleh
satu kursi di DPR. Sedangkan pada Pemilu tahun 1955 yang agak berhasil hanya
Partai Persatuan Dayak di Kalimantan Barat Sedangkan Partai etnik lainnya di
Jawa Barat gagal memperoleh kursi
3. Sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan
nasional menjadi alat integrasi nasional. Pendidikan nasional mulai dari SD
sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum
nasional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga
pengajar yang bersifat nasional. Sifat integratif lainnya adalah pemakaian
bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa nasional disamping
penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat
SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan
sosialisasi yang sama untuk seluruh warga negara.
4. Kemajuan komunikasi dan transportasi
Peranan media masa
nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai
alat integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di
Jakarta tetapi penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten,
begitu juga koran lokal yang mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat
komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami perkembangan pesat juga
memilki sifat integratif Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan
terjadinya mobilitas geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan
murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme
baik antar daerah, nasional, regional bahkan global. Meningkatnya kegiatan
mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak memperkuat rasa
kesatuan dan kebangsaan.
KONFLIK DAN KEKERASAN
A. Pengertian Konflik :
Konflik adalah : Sikap saling mempertahankan
diri sekurang-kurangnya diantara
dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan
berbeda, dalam upaya
mencapai satu tujuan sehingga mereka berada
dalam posisi oposisi, bukan
kerjasama.
B. Penyebab terjadinya Konflik
a. Karakteristik Individual
1. Nilai sikap dan Kepercayaan (Values,
Attitude, and Baliefs) atau Perasaan
kita tentang apa yang benar dan apa yang salah,
untuk bertindak positif
maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat
dengan mudah menjadi
sumber terjadinya konflik.
2. Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and
Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang
sangat besar antara
kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang
bahkan dapat berlanjut
kepada perseteruan antar pribadi. Sering muncul
kasus di mana
orang-orang yang memiliki kebutuhan kekuasaan
dan prestasi yang tinggi
cenderung untuk tidak begitu suka bekerjasama
dengan orang lain.
3. Perbedaan Persepsi (Perseptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab
terjadinya konflik. Misalnya
saja, jika kita menganggap seseorang sebagai
ancaman, kita dapat berubah
menjadi defensif terhadap orang tersebut.
b. Faktor Situasi
1. Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi
(Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil
jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan
dengan meningkatnya assosiasi di
antara pihak-pihak yang terlibat, semakin
mengikat pula terjadinya konflik.
Dalam bentuk interaksi yang aktif dan kompleks
seperti pengambilan keputusan
bersama (joint decision-making), potensi
terjadinya koflik bahkan semakin
meningkat.
2. Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain
(Dependency of One Party to
A n o t h e r )
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal
melaksanakan tugasnya, pihak
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga
konflik lebih sering muncul.
3. Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang
”arogan” dengan statusnya,
konflik dapat muncul. Sebagai contoh, dalam
engambilan keputusan, pihak
yang berada dalam level atas organisasi merasa
tidak perlu meminta pendapat
para anggota tim yang ada.
C. Kekerasan dalam Konflik
Masyarakat dimanapun mereka berada akan
senantiasa menghadapi
kemungkinan terjadinya konflik. Konflik merupakan
warna lain kehidupan yang
tidak bisa dihapuskan, konflik juga biasanaya
identik dengan kekerasan. Albert K.
Cohen menyebutkan dengan subbudaya kekerasan,
dimana setiap anggota
masyarakaat meraih status sosial dalam kelompok
tersebut berdasarkan perolehan
prestasi kekerasan yang dihargai kelompoknya.
Masyarakat tidak pernah mungkin dapat melepaskan
diri dari konflik. Bila
diperhatikan dan dicermati, baik dari
pemberitahuan melalui media massa atau
lainnya, tampilan kekerasan massa dalam serial
konflik dari waktu ke waktu
semakin menghidangkan aneka bentuk dan gaya.
Apabila konflik dapat dikelola
dengan baik oleh masyarakat, knflik dapt menjadi
salah satu alat untuk mempererat
kehidupan masyarakat. Menurut Tadjuddin Noer
Effendi, konflik sosial menjadi
tidak lumrah dan menjadi sumber biang malapetaka
serta kehancuran kehidupan
brbangsa ketika disertai dengan tindakan
anarkhis dan kebrutalan. Untuk itu, kita
semua dapat ikut serta dalam mengurangi
konflik-konflik yang terjadi dengan
cara meningkatkan kapabilitas.
Indikator Konflik
Menurut Nasikun, beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk menilai
intensitas dari konflik yang terjadi di
Indonesia, antara lain yaitu :
a. Demonstrasi
Sejumlah orang yang tidak menggunakan kekerasan
mengorganisir diri untuk
melakukan protes.
b. Kerusuhan
Kerusuhan pada dasarnya sama dengan demonstrasi,
bedanya kerusuhan
menggandung penggunaan kekerasan fisik.
Kerusuhan biasanya ditandai oleh spontanitas
sebagai akibat dari suatu insiden
dan perilaku kelompok yang kacau.
c. Serangan bersenjata (armed attack)
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh atau
untuk kepentingan suatu
kelompok tertentu.
d. Indikator yang paling utama berhubungan dan
merupakan akibat dari armed
attack, kerusuhan, demonstrasi.
Indikator yang dimaksud adalah jumlah kematian
sebagai akibat dari kekerasan
politik.
e. Governmental Sanction
Suatu tindakan yang diambil oleh penguasa untuk
menetralisir, menindak atau
meniadakan suatu ancaman terhadap keamanan
pemerintah, rezim yang
berkuasa atau negara.
Indikator ini dapat digunakan untuk menilai
sampai sejauh mana coercion
mengambil peranan dalam proses integrasi sosial.
Tiga macam governmental sanction yaitu :
1) Penyensoran
Semua tindakan pemerintah untuk membatasi,
mengekang atau mengancam
media massa.
2) Pembatasan partisipasi politik
Tindakan-tindakan pemerintah seperti membuat UU
keadaan bahaya,
mobilisasi alat-alat keamanan untuk memelihara
keamanan dalam negeri
atau menentukan jam malam.
Dapat jiga diartikan sebagai tindakan-tindakan
khusus terhadap
perseorangan, partai politik atau organisasi
politik yang lain.
3) Pengawasan
Tindakan pemerintah untuk melakukan suatu
pengamanan untuk
melindungi keamanan sutu negara.
D. Bentuk dan Macam Konflik
Bentuk konflik
Konflik berlaku dalam semua aspek sosial yang
bentuknya seperti rlasi antar
individu, individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok. Secara
garis besar konflik mempunyai 2 bentuk :
1. Bentuk kolektif.
: terjadi jika pihak yang berkonflik terdiri
atas banyak orang atau kelompok.
Dimana anggota kelompok yang berekonflik
mempunyai visi yang sama jadi
jika melakukan konflik individual kurang efektif
dan efisien. Anggota dalam
konflik kolektif jumlahnya banyak dan dan
mempunyai tingkat emosi yang
sangat tinggi dan bersifat sangat rumit.
2. Bentuk individual.
: terjadi jika yang melakukan konflik adalah
antar individu ( perorangan ).
Konflik individu umumnya bersifat informal dan
sering kali tersembunyi serta
melakukan berbagai tindakan yang negatif,
seperti melakukan sabotase dll.
Macam – macam konflik
a. Konflik menurut hubungannya dengan tujuan
organisasi.
1. Konflik fungsional.
: konflik yang mendukung tercapainya tujuan
organisasi dan sering kalinya
bersifat konstruktif sehingga sangat dibutuhkan
oleh suatu organisasi.
2. Konflik disfungsional.
: konflik ini menghambat tercapainya tujuan
organisasi dan karenanya
sering bersifat destruktif ( merusak ).
b. Konflik menurut hubungannya dengan posisi
pelaku yang berkonflik.
1. Konflik vertikal.
: konflik yang terjadi antara tingkatan kelas
antar tingkatan kelompok,
seperti konflik antara majikan dengan pembantu.
2. Konflik horisontal.
: konflik ini terjadi antara individu atau
kelompok yang sekelas atau
sederajat, seperti konflik dalam kelompok antar
bagian dalam satu
perusahaan.
3. Konflik diagonal.
: konflik yang terjadi karena adanya ketidak
adilan alokasi sumber daya
keseluruh organisasi yang menimbulkan
pertentangan ekstrem dari bagian
yang membutuhkan sumber daya tersebut, seperti
kasus konflik diaceh yang
awalnya disebabkan karena perilaku yang tidak adil
atas alokasi sumber
daya ekonomi oleh pemerintah pusat.
c. Konflik menurut hubungannya dengan sifat
pelaku yang berkonflik.
1. Konflik terbuka.
: konflik yang diketahui semua pihak yang ada
dalam organisasi atau
konflik yang diketahui oleh seluruh masyarakat
dalam suatu negara.
2. Konflik tertutup.
: kojflik yang hanya diketahui oleh pihak
tertentu saja, sehingga pihak yang
ada diluar tidak tahu jika terjadi konflik.
d. Konflik menurut hubungannya dengan waktu.
1. Konflik sesaat.
:konflik ini juga sering disebut sebagai konflik
spontan klarena hanya terjadi
sesaat atau sementara. Biasanya pemicunya hanya
kesalahpahaman yang
tidak begitu berarti.
2. Konflik berkelanjutan.
:suatu konflik yang berlangsung sangat lama dan
sangat sulit untuk
diselesaikan, dimana penyelaesaian konflik
tersebut masih harus melalui
berbagai tahapan yang sangat rumit.
e. Konflik menurut hubungannya dengan
pengendalian.
1. Konflik terkendali.
: suatu konflik dimana para pihak yang terlibat
dalam konflik dapat dengan
mudah mengendalikan konflik dan konflik dapat
selesai atau tidak meluas.
2. Konflik tidak terkendali.
: suatu konflik dimana para pihak yang terlibat
dengan konflik tidak dapat
dengan mudah mengendalikan konflik dan konflik
tidak dapat selesai
malahan menjadi semakin meluas.
f. Konflik menurut hubungannya dengan
sistematika konflik.
1. Konflik sistematis.
: konflik yang bersifat sistematis, dimana
terjadinya sudah direncanakan dan
diprogram secara sistematis dan ada yang
mengomando serta mempunyai
tujuan tertentu yang ditargetkan.
2. Konflik non sistematis.
: konflik yang bersifat acak, dimana terjadinya
dengan spontanitas dan tidak
ada yang mengomando dan tidak ada tujuan yang
ditargetkan.
g. Konflik menurut huibungannya denga
konsentrasi aktivitas manusia didalam
masyarakat.
1. Konflik ekonomi.
: konflik yang terjadi karena adanya perebutan
sumber daya ekonomi dari
pihak yang berkonflik.
2. Konflik politik.
: konflik yang dipicu oleh adanya kepentingan
politik dari pihak yang
berkonflik seperti pada perebutan pengaruh diparlemen
atau di masyarakat.
3. Konflik sosial.
: konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan sosial dari
pihak yang berkonflik.
4. Konflik budaya.
: konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan budaya dari
pihak yang berkonflik.
5. Konflik pertahanan.
: konflik yang dipicu karena adanya perebutan
hegemni dari pihak yang
berkonflik.
6. Konfik antar agama.
: konflik yang dipicu karena adanya sentimen
agama, contohnya adalah
perang salib.
E. Teori Konflik
Yaitu antithesis dari teori fungsionalisme
structural. Maksudnya teori
fungsionalisme structural menilai bahwa fakta
atau realita social adalah
fungsional,sementara teori konflik menyoroti
bahwa fakta social berupa wewenang
dan posisi yang justru merupakan sumber
pertentangan social. Karena wewenang
dan posisi merupakan konsep sentral dari teori
konflik,dimana ketidakmerataan
distribusi kekuasaan dan wewenang secara
otomatis akan menempatkan
masyarakat pada posisi yang saling berbeda.
Perbedaan inilah yang nantinya akan
menimbulkan sebuah konflik di masyarakat. Adapun
ide pokok teori konflik dirinci
menjadi 3 :
1. Masyarakat senantiasa berada dalam proses
perubahan yang ditandai
dengan adanya pertentangan secara terus-menerus
diantara unsur-unsurnya.
2. Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap
disintegrasi social.
3. Ketergantungan yang terdapat dalam masyarakat
itu disebabkan oleh
adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari
atas oleh golongan yang
berkuasa
Sedangkan rival dari teori konflik,yaitu teori
fungsionalisme juga mempunyai 3 ide
pokok :
1. Masyarakat berada dalam kondisi statis atau
bergerak dalam kondisi
keseimbangan.
2. Setiap elemen atau institusi memberikan
dukungan terhadap stabilitas.
3. Anggota masyarakat terikat secara informal
oleh norma-norma,nilai-nilai
dan moralitas umum.
Konflik dalam masyarakat dapat membawa keadaan
yang baik karena mendorong
perubahan masyarakat,dan keadaan buruk apabila
berkelanjutan tanpa mengambil
solusi yang dianggap bermanfaat bagi semua pihak
sebagai akhir dari konflik.
1. Pandangan Karl Marx dalam Analisis
Konflik
Karl Marx mendasarkan analisis konflik dalam
beberapa segi kenyataan social:
1. Pengakuan akan adanya sruktur kelas dalam
masyarakat.
2. Kepentingan ekonomi saling bertentangan
diantara orang-orang yang
berada di dalam kelas berbeda.
3. Pengaruh yang besar dari posisi kelas ekonomi
terhadap gaya hidup
seseorang serta bentuk kesadarannya.
4. Berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam
menimbulkan perubahan social.
Karl Marx memberikan tekanan pada dasar ekonomi
untuk kelas social,khususnya
pemilikan alat produksi. Ia juga mempunyai ide
yang controversial mengenai sistem
dua kelas yang digunakan dalam
analisisnya,khususnya tentang ramalannya
mengenai pertumbuhan yang semakin lebar antara
kelas borjuis dan proletariat.
Intinya Marx hanya menghubungkan antara komitmen
ideology dengan struktur
ekonomi dan posisi kelas. Pemikiran ini berpusat
pada usahanya dalam membuka
kedok system nilai masyarakat,pola kepercayaan
dan bentuk kesadaran sebagai
ideology yang mencerminkan dan memperkuat kepentingan
kelas yang berkuasa.
2. Pandangan George Simmel tentang Konflik
Konflik menurut George Simmel :
Konflik merupakan sesuatu yang tidak
terhindarkan didalam suatu masyarakat .
Pandangan George Simmel mengenai konflik hampir
sama dengan pandangan Karl
Marx . Letak perbedaan pandangan mereka terletak
pada pendapat mereka
mengenai “struktur sosial”
Struktur sosial menurut Karl Marx :
struktur soaial sebagai suatu sistem yang
terbagi menjadi 2 strata , yaitu kelas
dominan dan kelas sub ordinat .
Struktur sosial menurut George Simmel :
Struktur sosial sebagai suatu proses asosiatif
dan proses oposisi ( proses
disosiatif) yang saling bercampur dan tidak
dapat dipisahkan .
Proposisi tentang intensitas konflik menurut
George Simmel :
a. semakin besar tingkat keterlibatan emosi maka
semakin besar pula konflik itu
akan terjadi .
b. jika ada anggota konflik merasa bahwa konflik
adalah usaha untuk
memperjuangkan kepentingan individu maka konflik
itu akan menjadi semakin
besar juga.
c. jika konflik itu dirasa sebagai suatu hal
yang akan berakhir , maka
kecenderungan konflik menjadi konflik yang besar
akan berkurang .
Kesimpulan :
konflik terjadi karena adanya keterlibatan emosional antara
anggota-anggota konflik .
konflik juga akan terjadi jika konflik dianggap sebagai media
untuk
memperjuangkan kepentingan pribadi masing-masing
anggota
3. Pandangan Rafl Dahrendorf tentang Konflik
Menurut Dahrendorf : jika suatu kelompok terbentuk secara
kebetulan sangat
mungkin akan terhindar dari konflik.Sebaliknya
apabila kelompok yang
pembentukannya ditentukan secara struktural maka
akan memungkinkan untuk
terbentuk menjadi kelompok kepentingan yang
dapat menjadi sumber konflik /
pertentangan.
Menurutnya terdapat hubungan yang erat antara konflik dengan
terciptanya
perubahan sosial.Konflik menurutnya memimpin
kearah perubahan dan
pembangunan.Dalam situasi konflik golongan yang
terlibat melakukan tindakan
– tindakan untuk mengadakan perubahan dalam
struktur sosial.Kalau konflik
itu terjadi secara hebat , maka perubahan yang
timbul akan bersifat
radikal.Begitu pula kalau konflik itu disertai
oleh pengunaan kekerasan, maka
perubahan struktur akan efektif.
Menurutnya setiap organisasi sosial akan menunjukan realita
sebagai berikut:
1. Setiap sistem sosial akan menampilkan konflik
yang berkesinambungan
2. konflik dimunculkan oleh kepentingan oposisi
yang tak terhindarkan
3. kepentingan oposisi tersebut merupakan
refleksi dari perbedaan
distribusi kekuasaan diantara kelompok dominan
dan kelompok lapisan
bawah
Dari tindakan – tindakan kelompok superordinat akan menghasilkan 2
konsesus
yaitu :
1. Terberdayakannya kelompok subordinat sehingga
kesadarannya tumbuh
dan ini juga berarti ancaman bagi keberadaan
kelompok superordinat
2. Semakin tarjauhkannya kelompok subordinat
dengan akses – akses
strategis yang ada dalam sistem dan ini dapat
menumbuhkan
kekecewaan yang muaranya juga konflik antar
segmen.
Jadi Konflik memang merupakan keniscayaan kehidupan yang
tidak terhindarkan.
4. Pandangan Lewis A.Coser tentang Konflik
Menurutnya konflik disebabkan oleh adanya
kelompok lapisan bawah yang
semakin mempertanyakan legitimasi dari
keberadaan distribusi – distribusi dari
sumber – sumber langka.Menurutnya konflik yang
menyangkut relasi – relasi
pertentangan yang objektif dan struktural itu
justru dapat menyumbang menuju ke
arah kelestarian kelompok dan mempererat relasi
antara anggota kelompok tersebut.
Proposisi kekerasan menurut Coser adalah :
1. Semakin suatu kelompok berada pada konflik
yang terjadi karena isu – isu
yang realistik atau tujuan yang dapat dicapai
maka semakin cenderung
mereka melihat kompromi sebagai alat untuk
merealisasikan
kepentingannya , oleh karenanya kekerasan
konflik akan semakin
berkurang.
2. Semakin suatu kelompok berada pada konflik
yang terjadi karena isu – isu
yang tidak realistik atau tujuan yang tidak
dapat dicapai maka semakin
besar tingkat emosional akan dapat membangunkan
dan terlibat dalam
konflik dan oleh karenanya konflik akan semakin
keras.
Semakin konflik terjadi karena nilai – nilai pokok , maka semakin
cenderung mengarah kepada isu – isu yang
nonrealistik.
Semakin konflik yang realistik berlangsung lama maka semakin
cenderung akan munculnya atau meningkatnya isu –
isu yang
nonrealistik
3. Semakin kurang fungsi hubungan iterdependensi
diantara unit – unit sosial
di dalam sistem , maka semakin kurang
tersedianya alat – alat institusi
untuk menahan konflik dan ketegangan , semakin
keras suatu konflik.
Semakin besra perbedaan kekuasaan diantara subordinat dan
superordinat didalam sistem , maka semakin
kurang fungsi
interpendensi.
Semakin besar tingkat isolasi subpopulasi didalam sistem maka
semakin kurang fungsi interpendensi.
Lama tidaknya suatu konflik dipengaruhi oleh :
a) Luas sempitnya tujuan konflik
b) Pengetahuan sang pemimpin tentang simbol –
simbol kemenangan atau
kekalahan dalam konflik
c) Peranan pemimpin dalam memahami biaya konflik
dan dalam persuasi
pengikutnya.
5.Pandangan Max Weber tentang Konflik
Berkenaan dengan konsepsi konflik, sosiolog
klasik, Max Weber (dalam
Sanderson, 1991), menyatakan bahwa konflik
sosial dapat terjadi dengan cara yang
kompleks dan sangat luas. Ada dua tipe konflik
dalam pandangan Weber, yaitu
konflik dalam artian politik (dalam artian luas)
dan konflik dalam gagasan dan
cita-cita. Berdasarkan analisis Weber tersebut,
konflik etnis yang terjadi didasari
oleh perebutan dominasi dalam pandangan dunia
(falsafah hidup, perilaku kultural,
dan kebiasaan-kebiasaan tertentu) antara satu
kelompok etnik dengan kelompok
etnik lainnya.
Proses perebutan dominasi ini, tentu saja,
diawali oleh proses afirmasi atau
internalisasi yang dilakukan oleh
individu-individu dalam sebuah etnik terhadap
nilai-nilai yang termuat dalam pandangan
dunianya. Proses afirmasi atau
internalisasi ini berbanding lurus dengan proses
negasi terhadap keseluruhan
konsepsi pandangan dunia etnik lainnya. Dengan
sendirinya antara dua etnik
terbangun polarisasi identitas antara ”aku/kami”
dan “kamu/mereka”.
Contoh Nyata Konflik di Indonesia
Salah satu contoh nyata konflik besar yang
terjadi di Indonesia ialah mengenai
kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dimana kasus
ini melibatkan seluruh jajaran
pemerintahan , masyarakat dan badan
kemiliteran.Konflik ini terjai karena beberapa
faktor yang antara lain yaitu :
1. Faktor internal
Faktor kekecewaan historis
Masalah utama (DOM dan masalah kekerasan militer orde baru)
Keterlibatan Kelompok militer dalam GAM
Masalah pembangunan ekonomi
2. Faktor Eksternal
Dukungan kelompok GAM dari luar negeri
Libia (bukan sebagai negara) yang disinyalir sebagai tempat yang
digunakan untuk melatih anggota GAM
DAFTAR PUSTAKA
http://lyricc.wordpress.com/2008/08/08/konflik/
Diakses tanggal 7 April 2010.
P3PK UGM.2000.Kekerasan Kolektif: Kondisi dan Pemicu.Yogyakarta: P3PK UGM.
Sihbudi,Riza.2001.Bara dalam Sekam.Bandung:Mizan.
Ranjabar,Jacobus.2006.Sistem Sosial Budaya ( Suatu Pengantar ).Bogor:Ghalia
Indonesia.